BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dewasa ini sebagian masyarakat pada daerah tertentu masih memegang teguh
keyakinannya terutama kepercayaan terhadap ritual-ritual adat. Hal tersebut
tetap dilakukan walaupun pada saat ini sudah masuk pada daerah modern bahkan
globalisasi yang telah mengubah tatanan masyarakat termasuk kebudayaan.
Walaupun demikian, ritual-ritual tersebut masih dilakukan karena mereka
menganggap ada suatu hal yang berpengaruh dalam hidupnya. Seperti selametan
yang berkaitan dengan kata bancakan. Selametan sendiri bisa disebut upacara
sedekah makanan disertai do’a. Sama halnya dengan bancakan yaitu upacara
sedekah makanan karena suatu hajat leluhur. Selametan biasa dilakukan di
Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Jawa sangatlah kental dengan tradisi
sehingga masyarakatnya selalu mengadakan selametan untuk bersyukur kepada sang
pencipta. Contoh selametan yang ada di Pulau Jawa yaitu seperti selametan orang
meninggal, selametan panen padi (sedekah bumi), selametan tujuh
bulanan(mitoni), dan lain-lain.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apakahpengertiandan manfaatdari ritual
bancakanweton?
2. Tata
caraapasaja yang dilakukandalambancakanweton?
3. Apa yang menjadi faktor masyarakat melakukan bancakan
weton ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KERANGKA KONSEP
1.
Religi
A.
Pengertian religi
Agama dan
sistem kerecayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris : religion,yang berasal dari bahasa latin religare,yang berarti
“menambatkan”),adalah sebuah unsur kebudayaan yang pentihg dalam sejarah umat
manusia.Dictonary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama)
mendefinisikan agama sebagai berikut:
Sebuah
institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk
beribadah dan menerima sebuah paket doktrin yang manawarkan hal yang terkait
dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan
sejati.
B.
Unsur – unsur
khusus dalam sistem religi
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi
yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang
biasanya disebut emosi keagamaan (religius emotion) emosi keagamaan itulah
mendorong seseorang melakukan tindakan – tindakan religi.Suatu sistem religi
dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri – ciri untuk sedapat mungkin
memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut– pengikutnya . dengan demikian, emosi
keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur
yang lain, yaitu: (a) sistem keyakinan; (b) sistem upacara keagamaan; (c) suatu
umat yang menganut religi itu.
2.
Pengertian ritual
Ritual adalah
serangkaian tindakan, yang dilakukan terutama untuk mereka simboloik nilai. Ini
mungkin diresepkan oleh tradisi dari masyarakat, termasuk komunitas agama.
Istilah ini biasanya mengacu pada tindakan yang bergaya, termasuk
tindakan-tindakan yang sewenang-wenang dipilih oleh para pemimpin.
3.
Pengertian Bancakan
Yaitu upacara
sekah makanan karena suatu hajat leluhur yaitu yang berkaitan dengan problem
dum – duman “pembagian” terhadap kenikmatan, kekuasaan, dan kekayaan.
Maksudnya, supaya terhindar dari konflik yang disebabkan oleh pembagian yang
tidak adil.
B. DESKRIPSI MASALAH
1.
Pengertian Bancakan
Weton
Bancakn Weton
ini dilakukan tepat pada hari weton atau lahir kita. Weton adalah gabungan
siklus kalender matahari dengan sistem penanggaln jawa yang terdiri dari jumlah
5 hari dalam setiap siklus. Bancakan ini biasnya dilakukan setiap satu tahun
sekali. Masyarakat mempercayai bahwa setelah melakukan bancakan ini, mereka akn
mendapat keberkahan dan merasa jauh dari kesialan. Tetapi bagi orang yang sudah
parah tabiat dan kelakuannya biasanya bisa di bancaki selama 7 kali
berturut-turut. Dan bisa pula sampai ada yang 8 bulan berturut – turut.
Di dalam melakukan bancakan
weton terdapat istilah “Pamomong“
Pamomong atau
yang sering disebut sing momong adalah esensi energi yang selalu mengajak,
mengarahkan, membimbing, mengasuh diri kita kepada suatu yang pas, tepat, pener
dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Eksistensi pamomong sejauh ini memang
bisa dirasakan, namun bagi masyarakat yang masih awam pembuktiannya masih
terbatas pada prinsip-prinsip silogisme setelah menyaksikan dan merasakan
realitas empiris tersebut. Pamomong tersebut sudah dapat diakui setelah ada
seseorang melakukan pengalaman yang unik. Lain halnya dengan seseorang yang
tingkat spiritualnya sudah memadai, orang tersebut dapat menyaksikan dan
melihat dengan jelas siapa sebenarnya sang pamomong diri kita.
2.
Tata Cara yang
dilakukan untuk melakukan bancakan weton
Setiap anak yang baru lahir, orang tuanya membuat bancakan
weton pertama kali biasanya pada saat usia bayi menginjak hari ke 35. Bancakan
weton tepat dilaksanakan pada acara upacara selametan ulang weton yang pertama
kali.
Pada setiap
bancakan weton makanannya dibungkus didaun pisang dengan porsi yang sama pada
setiap bungkusan daun dan ditaruh pada tampah yang terbuat dari anyaman bambu.
Acara bancakan weton mengundang tetangga dekat maupun kerabat dekatnya untuk
menghadiri acara bancakan weton tersebut. Sebelum makanan dibagikan selalu
dipanjatkan do’a dan tahlilan terlebih dahulu oleh sesepuh desa. Yang pada
akhir do’a mengucapkan sholawat baru dibagikan makanan yang telah di sajikan
untuk bancakan weton pada kerabat dekat dan tetangga sekitar rumah.
Setelah
bancakan itu habis dibagikan, tampah yang digunakan sebagai wadah dari
bungkusan daun pisang yang telah diisi makanan bancakan tersebut kemudian di
gelindingkan.
Yang
diperlukan dalam penyajian makanan untuk bancakan weton
·
Kacang panjang dan
kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel, daun kenikir,
bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7 macam.
·
Telur ayam (bebas
telur ayam apa saja).
·
Bumbu urap atau
gudangan, jika yang diberi bancakan weton adalah masih usia kanak-kanak atau 8
tahun, maka bumbunya tidak pedas.
·
Empat macam polo
atau umbi-umbian, yaitu polo gumantung, polo kependem, polo rambat, dan kacang
yang biasanya diganti dengan kacang tanah.
·
Pisang dan
buah-buahan, pisang yang di perlukan dalam bancakan weton yaitu pisang raja
atau pisang raja pulut. Masing-masing hanya satu sisir saja. Kalau buah-buahan
paling tidak hanya 3 buah saja seperti mangga, salak, apel atau lainnya.
·
Nasi tumpeng putih,
beras dimasak (nasi) untuk membuat tumpeng. Perkirakan mencukupi untuk minimal
7 porsi. Sukur lebih banyak misalnya untuk 11 atau 17 porsi saja.
·
Alat-alat
kelengkapan, daun pisang secukupnya digunakan untuk alas tumpeng, kalo
(saringan santai), cobek tanah liat yang belum pernah dipakai atau yang masih
baru, tambir atau tampah semacam anyaman bambu yang berbentuk bulat.
·
Makanan jajan
pasar, makanan tradisional yang yang biasa ditemukan di pasar.
·
Kembang setaman,
kembang ini terdiri dari bunga mawar merah, bunga mawar putih, bunga kantil,
bunga melati dan bunga kenanga.
·
Uang logam, Rp 100,
Rp 500, Rp 1000. Uang logam ini wajib.
·
Bubur 7 rupa, bubur
putih atau gurih (santan dan garam), dan bubur merah atau bubur manis (ditambah
gula jawa dan garam secukupnya).
·
Minuman, terdiri
dari teh tubruk, kopi tubruk, dan rujak (dengan es kelapa muda).
3.
Faktor – factor
penyebab masyarakat melakukan bancakan weton
Adanya
anggapan masyarakat, seperti :
·
Anak yang sering
dibuatkan bancakan biasanya hidupnya lebih terkendali.
·
Hidupnya lebih
berkualitas dan bermutu.
·
Dalam menjalani
sesuatu hal lebih hati-hati.
·
Tindakan anak tidak
liar dan ceroboh.
·
Dan jarang sekali
mengalami sial.
·
berbagi nikmat
dengan sesama juga mengikat tali persaudaraan.
·
Untuk
mempertahankan tradisi yang turun menurun.
C.
ANALISIS
MASALAH
Perkembangan
dan Perubahan pada Bancakan Weton
Masyrakat pada saat ini masih
banyak yang melakukan bancakan weton karena bancakan merupakan salah satu
bentuk rasa syukur terhadap kenikmatan atas lahirnya seorang anak .
Gambar untuk bancakan dengan wadah dan lauk tradisional
Seiring dengan adanya modernisasi
ritual bancakan weton banyak mengalami perubahan, contohnya saja pada zaman
dulu ketika bancakan weton masyarakat masih menggunakan nasi dan lauk pauknya
yang masih tradisional dan wadah-wadah yang masih tradisional juga seperti
wadah untuk nasi, mereka masih menggunakan daun pisang dan lidi yang kemudian
nasi-nasi tersebut dijadikan satu dalam tampah besar sebelum dibagikan. Sebelum
makanan tersebut dibagikan, ada sesepuh yang biasanya membacakan do’a dan
tahlilan dengan tujuan demi keselamatan anak tersebut. Setelah itu makanan bancakan tersebut
dibagikan pada tetangga dekat dan kerabat dekatnya.
Gambar makanan
bancakan pada saat sekarang
Namun pada saat ini bancakan
weton tidak dilakukan seperti itu lagi. Sekarang masyarakat melakukan bancakan
dengan menggunakan makanan dan lauk pauknya dan wadahnya yang modern, seperti
wadah untuk nasi sekarang menggunakan tempat nasi yang terbuat dari plastik
yang lebih praktis. Dan sebelum makanan dibagikan tidak lagi ditaruh di tampah
tetapi sudah ditaruh langsung di tepak plastik tersebut. Kemudian dalam
bancakan sudah ada masyarakar yang tidak lagi menggunakn nasi melainkan mereka
menggantinya dengan makanan-makanan ringan atau jajanan pasar yang dianggap
lebih instan.
BAB III
KESIMPULAN
Bancakan weton adalah salah
satu bentuk rasa syukur atas kelahiran anak yang kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan setiap 35 hari sekali. Pada weton atau hitungan hari pada
masyarakat jawa bancakan weton tersebut
masih dilakukan oleh masyarakat jawa karena mereka beranggapan bahwa bancakan
tersebut akan mendatangkan manfaat bagi anak yang diselamati dengan bancakan
weton tersebut. Seperti tingkah laku anak-anak akan lebih baik, terhindar dari
sial atau bahaya yang akan menimpa anak tersebut, dll. Berbagai lauk pauk yang
digunakan, yang paling khas adalah urap atau gudangan dan telur rebus dengan
wadah daun pisang yang telah dibungkus rapi dengan porsi yang sama satu sama
lain. Dengan wadah alas yaitu tampah yang terbuat dari anyaman bambu. Namun
sekarang sudah tergantikan dengan wadah modern seperti tepak nasi, kotak
stereofoam yang dianggap lebih praktis. Tetapi iringan do’a
dan tahlil tetap dipanjatkan sebelum
bancakan tersebut dibagikan pada tetangga dekat maupun kerabat-kerabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar