Senin, 23 Desember 2013

BANCAKAN WETON PADA MASYARAKAT JAWA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini sebagian masyarakat pada daerah tertentu masih memegang teguh keyakinannya terutama kepercayaan terhadap ritual-ritual adat. Hal tersebut tetap dilakukan walaupun pada saat ini sudah masuk pada daerah modern bahkan globalisasi yang telah mengubah tatanan masyarakat termasuk kebudayaan. Walaupun demikian, ritual-ritual tersebut masih dilakukan karena mereka menganggap ada suatu hal yang berpengaruh dalam hidupnya. Seperti selametan yang berkaitan dengan kata bancakan. Selametan sendiri bisa disebut upacara sedekah makanan disertai do’a. Sama halnya dengan bancakan yaitu upacara sedekah makanan karena suatu hajat leluhur. Selametan biasa dilakukan di Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Jawa sangatlah kental dengan tradisi sehingga masyarakatnya selalu mengadakan selametan untuk bersyukur kepada sang pencipta. Contoh selametan yang ada di Pulau Jawa yaitu seperti selametan orang meninggal, selametan panen padi (sedekah bumi), selametan tujuh bulanan(mitoni), dan lain-lain.   

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakahpengertiandan manfaatdari ritual bancakanweton?
2.      Tata caraapasaja yang dilakukandalambancakanweton?
3.      Apa yang menjadi faktor masyarakat melakukan bancakan weton ?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    KERANGKA KONSEP
1.      Religi
A.    Pengertian religi
Agama dan sistem kerecayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris : religion,yang berasal dari bahasa latin religare,yang berarti “menambatkan”),adalah sebuah unsur kebudayaan yang pentihg dalam sejarah umat manusia.Dictonary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan agama sebagai berikut:
Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah dan menerima sebuah paket doktrin yang manawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
B.     Unsur – unsur khusus dalam sistem religi
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religius emotion) emosi keagamaan itulah mendorong seseorang melakukan tindakan – tindakan religi.Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri – ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut–  pengikutnya . dengan demikian, emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain, yaitu: (a) sistem keyakinan; (b) sistem upacara keagamaan; (c) suatu umat yang menganut religi itu.
2.      Pengertian ritual
Ritual adalah serangkaian tindakan, yang dilakukan terutama untuk mereka simboloik nilai. Ini mungkin diresepkan oleh tradisi dari masyarakat, termasuk komunitas agama. Istilah ini biasanya mengacu pada tindakan yang bergaya, termasuk tindakan-tindakan yang sewenang-wenang dipilih oleh para pemimpin.
3.      Pengertian Bancakan
Yaitu upacara sekah makanan karena suatu hajat leluhur yaitu yang berkaitan dengan problem dum – duman “pembagian” terhadap kenikmatan, kekuasaan, dan kekayaan. Maksudnya, supaya terhindar dari konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil.
          B. DESKRIPSI MASALAH

1.      Pengertian Bancakan Weton
Bancakn Weton ini dilakukan tepat pada hari weton atau lahir kita. Weton adalah gabungan siklus kalender matahari dengan sistem penanggaln jawa yang terdiri dari jumlah 5 hari dalam setiap siklus. Bancakan ini biasnya dilakukan setiap satu tahun sekali. Masyarakat mempercayai bahwa setelah melakukan bancakan ini, mereka akn mendapat keberkahan dan merasa jauh dari kesialan. Tetapi bagi orang yang sudah parah tabiat dan kelakuannya biasanya bisa di bancaki selama 7 kali berturut-turut. Dan bisa pula sampai ada yang 8 bulan berturut – turut.
Di dalam melakukan bancakan weton terdapat istilah “Pamomong“
Pamomong atau yang sering disebut sing momong adalah esensi energi yang selalu mengajak, mengarahkan, membimbing, mengasuh diri kita kepada suatu yang pas, tepat, pener dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Eksistensi pamomong sejauh ini memang bisa dirasakan, namun bagi masyarakat yang masih awam pembuktiannya masih terbatas pada prinsip-prinsip silogisme setelah menyaksikan dan merasakan realitas empiris tersebut. Pamomong tersebut sudah dapat diakui setelah ada seseorang melakukan pengalaman yang unik. Lain halnya dengan seseorang yang tingkat spiritualnya sudah memadai, orang tersebut dapat menyaksikan dan melihat dengan jelas siapa sebenarnya sang pamomong diri kita.




2.      Tata Cara yang dilakukan untuk melakukan bancakan weton
Setiap anak yang baru lahir, orang tuanya membuat bancakan weton pertama kali biasanya pada saat usia bayi menginjak hari ke 35. Bancakan weton tepat dilaksanakan pada acara upacara selametan ulang weton yang pertama kali.
Pada setiap bancakan weton makanannya dibungkus didaun pisang dengan porsi yang sama pada setiap bungkusan daun dan ditaruh pada tampah yang terbuat dari anyaman bambu. Acara bancakan weton mengundang tetangga dekat maupun kerabat dekatnya untuk menghadiri acara bancakan weton tersebut. Sebelum makanan dibagikan selalu dipanjatkan do’a dan tahlilan terlebih dahulu oleh sesepuh desa. Yang pada akhir do’a mengucapkan sholawat baru dibagikan makanan yang telah di sajikan untuk bancakan weton pada kerabat dekat dan tetangga sekitar rumah.
Setelah bancakan itu habis dibagikan, tampah yang digunakan sebagai wadah dari bungkusan daun pisang yang telah diisi makanan bancakan tersebut kemudian di gelindingkan.

Yang diperlukan dalam penyajian makanan untuk bancakan weton
·         Kacang panjang dan kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel, daun kenikir, bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7 macam.
·         Telur ayam (bebas telur ayam apa saja).
·         Bumbu urap atau gudangan, jika yang diberi bancakan weton adalah masih usia kanak-kanak atau 8 tahun, maka bumbunya tidak pedas.
·         Empat macam polo atau umbi-umbian, yaitu polo gumantung, polo kependem, polo rambat, dan kacang yang biasanya diganti dengan kacang tanah.
·         Pisang dan buah-buahan, pisang yang di perlukan dalam bancakan weton yaitu pisang raja atau pisang raja pulut. Masing-masing hanya satu sisir saja. Kalau buah-buahan paling tidak hanya 3 buah saja seperti mangga, salak, apel atau lainnya.
·         Nasi tumpeng putih, beras dimasak (nasi) untuk membuat tumpeng. Perkirakan mencukupi untuk minimal 7 porsi. Sukur lebih banyak misalnya untuk 11 atau 17 porsi saja.
·         Alat-alat kelengkapan, daun pisang secukupnya digunakan untuk alas tumpeng, kalo (saringan santai), cobek tanah liat yang belum pernah dipakai atau yang masih baru, tambir atau tampah semacam anyaman bambu yang berbentuk bulat.
·         Makanan jajan pasar, makanan tradisional yang yang biasa ditemukan di pasar.
·         Kembang setaman, kembang ini terdiri dari bunga mawar merah, bunga mawar putih, bunga kantil, bunga melati dan bunga kenanga.
·         Uang logam, Rp 100, Rp 500, Rp 1000. Uang logam ini wajib.
·         Bubur 7 rupa, bubur putih atau gurih (santan dan garam), dan bubur merah atau bubur manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya).
·         Minuman, terdiri dari teh tubruk, kopi tubruk, dan rujak (dengan es kelapa muda).

3.      Faktor – factor penyebab masyarakat melakukan bancakan weton
Adanya anggapan masyarakat, seperti :
·         Anak yang sering dibuatkan bancakan biasanya hidupnya lebih terkendali.
·         Hidupnya lebih berkualitas dan bermutu.
·         Dalam menjalani sesuatu hal lebih hati-hati.
·         Tindakan anak tidak liar dan ceroboh.
·         Dan jarang sekali mengalami sial.
·         berbagi nikmat dengan sesama juga mengikat tali persaudaraan.
·         Untuk mempertahankan tradisi yang turun menurun.


C.     ANALISIS MASALAH

Perkembangan dan Perubahan  pada Bancakan Weton
Masyrakat pada saat ini masih banyak yang melakukan bancakan weton karena bancakan merupakan salah satu bentuk rasa syukur terhadap kenikmatan atas lahirnya seorang anak .

Gambar untuk bancakan dengan wadah dan lauk tradisional
Seiring dengan adanya modernisasi ritual bancakan weton banyak mengalami perubahan, contohnya saja pada zaman dulu ketika bancakan weton masyarakat masih menggunakan nasi dan lauk pauknya yang masih tradisional dan wadah-wadah yang masih tradisional juga seperti wadah untuk nasi, mereka masih menggunakan daun pisang dan lidi yang kemudian nasi-nasi tersebut dijadikan satu dalam tampah besar sebelum dibagikan. Sebelum makanan tersebut dibagikan, ada sesepuh yang biasanya membacakan do’a dan tahlilan dengan tujuan demi keselamatan anak tersebut.  Setelah itu makanan bancakan tersebut dibagikan pada tetangga dekat dan kerabat dekatnya.

Gambar makanan bancakan pada saat sekarang
Namun pada saat ini bancakan weton tidak dilakukan seperti itu lagi. Sekarang masyarakat melakukan bancakan dengan menggunakan makanan dan lauk pauknya dan wadahnya yang modern, seperti wadah untuk nasi sekarang menggunakan tempat nasi yang terbuat dari plastik yang lebih praktis. Dan sebelum makanan dibagikan tidak lagi ditaruh di tampah tetapi sudah ditaruh langsung di tepak plastik tersebut. Kemudian dalam bancakan sudah ada masyarakar yang tidak lagi menggunakn nasi melainkan mereka menggantinya dengan makanan-makanan ringan atau jajanan pasar yang dianggap lebih instan. 












BAB III
KESIMPULAN
Bancakan weton adalah salah satu bentuk rasa syukur atas kelahiran anak yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan setiap 35 hari sekali. Pada weton atau hitungan hari pada masyarakat  jawa bancakan weton tersebut masih dilakukan oleh masyarakat jawa karena mereka beranggapan bahwa bancakan tersebut akan mendatangkan manfaat bagi anak yang diselamati dengan bancakan weton tersebut. Seperti tingkah laku anak-anak akan lebih baik, terhindar dari sial atau bahaya yang akan menimpa anak tersebut, dll. Berbagai lauk pauk yang digunakan, yang paling khas adalah urap atau gudangan dan telur rebus dengan wadah daun pisang yang telah dibungkus rapi dengan porsi yang sama satu sama lain. Dengan wadah alas yaitu tampah yang terbuat dari anyaman bambu. Namun sekarang sudah tergantikan dengan wadah modern seperti tepak nasi, kotak stereofoam  yang  dianggap lebih praktis. Tetapi iringan do’a dan tahlil  tetap dipanjatkan sebelum bancakan tersebut dibagikan pada tetangga dekat maupun kerabat-kerabatnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar